KIAT-KIAT MERAIH HIDUPBAHAGIA
DUNIA AKHIRAT
(Drs. Pasrum Affandi)
1. BERIMAN
DAN BERAMAL SHALIH DENGAN SEBENARNYA
[An-Nahl:
97]
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ
أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةًۭ طَيِّبَةًۭ ۖ
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
97. Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839]
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
1.
BERPRILAKU BAIK MELALUI UCAPAN, PERBUATAN,
DAN SEGALA BENTUK AL-MA’RUF
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟
بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلصَّٰدِقُونَ
14. dan Barangsiapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya
Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan
baginya siksa yang menghinakan.
2. BERSIKAP
ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Janganlah seorang mu’min lelaki membenci seorang wanita mu’minah.
Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu karakter yang ada padanya, tentu ia
menyenangi karakter lain yang ada padanya” [1]
(1)
Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj
An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha bab Al-Washiyyah bin Nisa'
(2)
3.
MERAIH DAN MELAKUKAN AL-FADHA’IL (TINDAK-TINDAK
UTAMA)
Di antara sarana yang dapat membawa ketentraman adalah
meraih dan melakukan al-fadha’il (tindak-tindak utama berupa apapun). Lakukan
itu seirama dorongan batin, tanpa mengada-ada yang justeru membuat anda
mengeluh dan turun tangga, gagal meraih keutamaan itu, karena anda telah
melalui jalan yang berbelok.
4. CIPTAKAN
SUASANA JERNIH DAN MANIS DI BALIK KEKERUHAN
Di balik suasana-suasana kekeruhan, hendaknya anda
dapat menciptakan suasana yang jernih dan manis. Dengan demikian, jernihnya
kelezatan dan kenikmatan hidup ini akan bertambah dan suasana-suasana yang
keruhpun akan sirna.
5. JADIKANLAH
KETENANGAN BATIN DAN PEMUSATAN JIWA SEBAGAI PEMBANTU ANDA MENANGANI PEKERJAAN
PENTING.
Pusatkan perhatian anda
kepada hal-hal yang bermanfaat, berbuatlah untuk merealisasikannya, dan
janganlah menoleh ke hal-hal yang membahayakan atau merugikan, agar dengan itu
anda dapat melupakan hal-hal yang menyebabkan kegundahan dan kesedihan. Jadikanlah ketenangan batin dan pemusatan jiwa sebagai
pembantu anda untuk menangani pekerjaan-pekerjaan penting
6. SELESAIKAN
PEKERJAAN TEPAT WAKTU
Di antara hal yang bermanfaat ialah menyelesaikan
pekerjaan yang sedang ditangani dan berkosentrasi menghadapi yang akan
ditangani. Karena, jika pekerjaan itu tidak anda selesaikan, akan tertumpuklah
di depan anda sisa pekerjaan yang lalu ditambah pekerjaan berikutnya, dan beban
pun akan menjadi berat. Maka, jika anda tentukan segala sesuatu tepat waktu,
niscaya anda dapat menghadapi hal-hal yang akan datang dengan pikiran yang
optimal dan penanganan yang optimal p
7. PANDAI-PANDAILAH
MEMILIH DAN MEMILAH PEKERJAAN
Seyogiayanya anda memilih yang terpenting dari sekian
pekerjaan yang bermanfaat, lalu yang berikutnya dan berikutnya, sesuai urutan
nilai kepentingannya. Juga, hendaklah anda memilah mana yang dicenderungi dan
sangat diminati oleh hati anda. Karena, hal sebaliknya akan membuahkan
kebosanan, menurunnya semangat dan keruhnya pikiran. Jadikanlah pemikiran yang
benar dan bermusyawarah sebagai penolong anda untuk itu. Maka, tidak akan
menyesal seseorang yang meminta pendapat orang bijak.
Pelajarilah dengan cermat apa yang hendak anda lakukan. Jika anda telah yakin
akan kemaslahatan dan bertekad kuat untuk melakukannya, bertawaqallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawaqal.
8. JANGAN
TERPANCING EMOSI OLEH TUTUR KATA BURUK SESEORANG YANG DIARAHKAN KEPADA ANDA
Diantara perkara yang
bermanfaat adalah hendaknya anda mengerti, bahwa tindakan menyakiti yang
dilakukan orang kepada anda, khususnya dengan kata-kata yang buruk, tidaklah
membahayakan anda, bahkan justeru membahayakan diri mereka sendiri. Kecuali, jika anda sibukkan diri anda untuk terus
memikirkan tindakan mereka yang menyakiti itu dan anda izinkan ia untuk
menguasai perasaan dan emosi anda. Maka, saat itulah akan membahayakan anda,
sebagaimana membahayakan mereka juga. Namun, jika anda anggap angin lalu,
tidaklah hal itu membahayakan anda sedikitpun.
9. ARAHKAN
PIKIRAN KE SESUATU YANG BERMANFAAT DI SISI KEHIDUPAN RELIGI MAUPUN DUNIAWI.
Ketahuilah, bahwa hidup anda itu mengikuti alur
pikiran anda. Jika pikiran-pikiran anda itu mengarah kepada hal-hal yang
bermanfaat bagi anda di sisi kehidupan religi maupun duniawi, maka kehidupan
anda adalah kehidupan yang indah lagi bahagia. Namun, jika tidak demikian, maka
yang terjadi adalah sebaliknya
10. MENATA
HATI UNTUK MENGHARAP PAHALA ILAHI DALAM BERBUAT KEBAJIKAN
Diantara sarana yang paling bermanfaat untuk mengusir
kegundahan adalah hendaknya anda menata hati untuk tidak meminta ucapan terima
kasih atau imbalan kecuali dari Allah. Jika anda berbuat baik untuk orang yang
mempunyai atau yang tidak mempunyai hak atas diri anda, sadarilah bahwa itu
adalah hubungan ‘ubudiyyah anda dengan Allah. Karenanya, janganlah anda menaruh
perhatian anda pada balasan terima kasih orang yang anda beri suatu jasa atau
pemberian itu. Sebagaimana firman Allah dalam menceritakan sikap para hambaNya
yang pilihan.
“Artinya : Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu hanyalah karena
mengharap wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula
(ucapan) terima kasih” [Al-Insan : 9]
Prinsip ini lebih ditekankan dalam hubungan anda dengan keluarga, anak-anak dan
orang-orang yang jalinan ikatan anda dengan mereka kuat. Maka, jika anda
kuatkan hati anda untuk membuang jauh dari hati anda tindak buruk dari mereka,
berarti anda telah membuat orang tenteram (tidak terganggu anda) dan sekaligus
anda pun tenteram.
11. MASA
BAHAGIA YANG PENDEK ITU, JANGANLAH ENGKAU PENDEKKAN LAGI DENGAN KEGUNDAHAN
KELARUTAN DALAM KEKERUHAN PIKIRAN
Orang yang bijak mengetahui bahwa hidupnya yang sehat
dan benar adalah hidup yang penuh dengan kebahagiaan dan ketentraman, dan
bahwasanya itu pendek sekali. Maka, tidaklah sepatutnya ia memendekkannya lagi
dengan kegundahan dan kelarutan bersama kekeruhan pikiran. Karena, hal itu
bertentangan dengan hidup sehat dan benar. Maka orang yang bijak sangat
menghemat hidupnya, jangan sampai hari-harinya hilang begitu saja dirampas
kegundahan dan kekeruhan pikiran.
Dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang yang taat dan orang yang
jahat. Hanya saja, dalam mewujudkan kehidupan sehat bahagia ini, orang mu’min
memiliki nilai lebih dan perolehan lebih di sisi manfaat duniawi maupun
ukhrawi.
12. YAKINLAH,
BAHWA COBAAN ITU KECIL DIBANDING BESARNYA KARUNIA
Demikian halnya, jika ia
tertimpa atau khawatir tertimpa cobaan atau hal yang tidak diinginkannya,
seyogianya ia membandingkan ni’mat-ni’mat yang masih melekat padanya, baik di
sisi kehidupan religi atau duniawi, dengan cobaan-cobaan yang menimpanya itu. Maka, saat membandingkan antara keduanya itu, akan
nyata betapa banyaknya ni’mat yang dirasakannya dan betapa kecilnya cobaan yang
menimpanya.
Begitu juga, seyogianya ia membandingkan bahaya yang dikhawatiri akan
terjadinya itu dengan banyaknya peluang kemungkinan terhindar darinya. Maka,
janganlah ia membiarkan kemungkinan yang lemah tadi mengalahkan banyaknya
kemungkinan yang kuat itu. Dengan ini, akan sirnalah kegundahan dan
kekhawatirannya. Hendaknya ia pun memperhitungkan kemungkinan terbesar yang
dimungkinkan menimpanya. Lalu, ia kuatkan hatinya untuk menghadapinya kalaupun
terjadi, dan berupaya untuk mencegah yang belum terjadi dan menangkis atau
meringankan cobaan yang terjadi
13. MELUPAKAN
COBAAN YANG TELAH LAMPAU
Diantara sarana penyebab
lahirnya kegembiraan dan sirnanya berbagai kegundahan dan keruwetan adalah
berupaya keras menyingkirkan penyebab kegundahan itu dan meraih berbagai sarana
yang dapat membuahkan kegembiraan. Yaitu dengan melupakan cobaan-cobaan yang
telah lampau yang tidak mungkin diputar ulang, dan menyadari bahwa kekalutan
hati dan memikirkan hal itu adalah suatu tindakan sia-sia dan tidak dibenarkan
oleh akal yang sehat, dan bahwasanya memikirkan hal yang semacam itu adalah
suatu kebohongan dan kegilaan.
Jadi ia harus menekankan agar
tidak memikirkan cobaan masa lalu itu. Juga agar ia menekankan hatinya agar
tidak gelisah atau guncang menghadapi masa yang akan datang, yang dibayangkan
akan menghadapi kemiskinan atau kekhawatiran atau bayang-bayang masa depan
buruk yang lain. Hendaknya ia mengetahui, bahwa segala peristiwa dimasa
mendatang, baik itu keberuntungan atau keburukan, harapan baik atau derita,
adalah tidak dapat diketahui, dan bahwasanya itu semua di tangan Allah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sedang ditangan hamba tiada lain adalah usaha
meraih keberuntungan dan menangkis keburukan di masa mendatang itu. Disamping
itu hendaknya seorang hamba mengetahui, jika ia memalingkan pikirannya dari
bayang-bayang kegelisahan masa depan dan bertawaqal kepada Allah untuk membenahinya
serta percaya penuh kepadaNya saat melakukan itu semua, niscaya hatinya akan
tenteram, kondisinya akan membaik dan akan sirnalah kegundahan maupun
keguncangannya itu.
14. MEMANDANG
RINGAN SEGALA COBAAN
Diantara sarana yang paling bermanfaat untuk sirnanya
keguncangan dan kegundahan manakala seorang hamba tertimpa aneka bencana adalah
hendaknya ia berupaya memandang dan menjadikannya ringan. Yaitu, dengan
mengandaikan atau membayangkan kemungkinan yang lebih buruk dari yang telah
terjadi, dan ia kuatkan hatinya dalam menghadapinya. Jika ia lakukan itu,
hendaknya ia berupaya, sejauh kemungkinanm untuk meringankan apa yang mungkin
diringankan . Maka, dengan penguatan hati dan upaya yang bermanfaat semacam ini
akan hilanglah kegelisahan dan kegundahannya, dan berganti menjadi upaya keras
untuk meraih berbagai hal yang bermanfaat dan menangkis berbagai madharat yang
menimpa hamba.
Lalu, jika ia terhampiri beberapa penyebab ketakutan, penyebab sakit, penyebab
kemiskinan dan ketaktercapainya aneka hal yang disenanginya, hendaklah
menghadapinya dengan tenang dan menguatkan hati dalam menanggung derita cobaan
akan meringankannya dan menghilangkan tekanannya. Terutama jika ia menyibukkan
dirinya untuk menangkis cobaan itu sebatas kemampuannya. Dengan itu, menyatulah
dalam dirinya tekad mengukuhkan batin seiring berupaya yang bermanfaat, yang
hal itu akan membuatnya tidak kalut oleh berbagai musibah. Ia tekan dirinya
agar memperbaharui kekuatannya untuk melawan berbagai cobaan dan bencana,
seiring bersandar dan percaya penuh kepada Allah. Tidak diragukan, bahwa
upaya-upaya ini memiliki manfaat yang sangat agung untuk terwujudnya suatu
kegembiraan dan kelapangan dada, di samping ia pun terus berharap pahala, baik
didunia maupun di akhirat. Hal ini sudah dicoba dan disaksikan keberhasilannya.
Bukti-bukti keberhasilannya bagi mereka yang telah mecobanya banyak sekali.
15. JANGAN
MUDAH TERGUNCANG OLEH BAYANGAN BURUK
Di antara terapi yang
paling hebat untuk penyakit syaraf hati, bahkan juga penyakit tubuh, adalah
ketahanan dan kekuatan hati serta tidak mudah terguncang atau larut oleh
bayang-bayang atau khayalan-khayalan buruk yang dipengaruhi oleh pikiran buruk.
Karena, bila mana manusia takluk kepada khayalan-khayalan buruk dan hatinya
mudah larut oleh pengaruh-pengaruh emosional yang berupa : rasa takut akan
teridapnya penyakit atau semacamnya, mudah marah ataupun terganggunya pikiran
oleh hal-hal yang memedihkan perasaaannya, dan membayangkan akan terjadinya
bencana ataupun akan hilangnya segala yang disenanginya, kegundahan, penyakit
dalam maupun luar dan rusaknya syaraf, yang hal itu mempunyai berbagai efek
buruk, yang semua orang menyaksikan sendiri bahayanya yang banyak
16. MEMOHON
PEMBENAHAN ILAHI DALAM SEGALA URUSAN
Hal yang paling bermanfaat dalam meniti peristiwa di
masa mendatang adalah mengamalkan do’a yang diamalkan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
“Artinya : Ya Allah, Perbaikilah kehidupan religiku, yang ia adalah benteng
bagi segala urusanku. Perbaikai urusan duniawiku yang padanya kehidupanku.
Perbaikilah akhiratku, yang kepadanya tempatku kembali. Jadikanlah hidup ini
sebagai lahan uapayaku menambah segala kebajikan, dan jadikanlah mati sebagai
titik henti bagiku dari segala keburukan” [Muslim, Shahih Muslim, Kitab
Adz-Dzikr Wad-Du’a wat-Taubah wal Istighfar, bab At-Ta’awwudz min Syarri Ma’
Amila wa Min Syarri Malam Ya’mal]
Juga do’a beliau.
“Artinya : Ya Allah, hanya RahmatMu jualah yang kuharap. Karenanya titipkan
diriku pada diriku walaupun sekejap mata, perbaikilah keadaanku seluruhnya
Tiada Tuhan Yang Haq disembah kecuali Engkau” [Hadits Riwayat Abu Dawud dengan
sanad Shahih] [1]
Jika bibir seorang hamba mengucapkan do’a ini –yang mengandung kebaikan masa
depan bagi nilai religinya maupun urusan duniawinya- dengan hati yang memusat
dan niat yang benar, seiring berupaya merealisasikan hal itu dengan berbuat,
niscaya Allah akan mewujudkan apa yang ia panjatkan dalam do’anya dan yang ia
harapkan serta yang ia upayakan itu menjadi realita, dan kegelisahannya pun
akan berubah menjadi kegembiraan dan kesukacitaan
17. MEMPERBANYAK
DZIKIR KEPADA ALLAH
Diantara sarana yang paling besar untuk kelapangan
hati ialah memperbanyak berdzikir kepada Allah. Berdzikir ini memiliki pengaruh
yang mengagumkan bagi kelapangan dan ketentraman hati dan hilangnya kegelisahan
dan kegundahan. Allah berfirman.
“Artinya : Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah, hati menjadi
tenteram’ [Ar-Ra’d : 28]
Maka, berdizikir kepada Allah memiliki pengaruh yang agung untuk mewujudkan
maksud ini, oleh sebab keistimewaan dzikir itu sendiri dan oleh sebab
dianugrahkannya balasan dan pahala bagi seorang hamba lantaran dzikirnya itu
18. MENSYUKURI
BERBAGAI NI’MAT ALLAH
Begitu juga, menyebut-nyebut aneka ni’mat Allah yang
zhahir maupun yang bathin adalah diantara sarana menuju kelapangan dan
ketentraman hati. Karena, mengetahui dan menyebut-nyebut ni’mat itu menjadi
salah satu sebab yang dengan itu Allah menangkis kegelisahan dan kegundahan.
Seorang hamba dianjurkan untuk bersyukur. Syukur itu adalah tingkatan yang
paling tingggi dan paling luhur. Sampai-sampai sekalipun hamba itu dalam
keadaan mengalami derita kefakiran atau sakit ataupun cobaan lainnya, karena,
jika ni’mat-ni’mat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya –yang hal itu tidak
dapat dihitung- ia bandingkan dengan cobaan yang menimpanya, maka cobaan itu
bukanlah apa-apa dibanding ni’mat-ni’mat lain.
Bahkan jika Allah menguji seorang hamba dengan satu cobaan atau musibah, lalu
ia menunaikan kewajiban bersabar, ridha dan pasrah dalam mengarungi cobaan itu,
niscaya entenglah tekanan cobaan itu dan ringanlah bebannya. Disamping itu,
perenungan seorang hamba pada balasan dan pahala Ilahi dibalik cobaan itu dan
keberhambaannya kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban bersabar dan ridha,
semua itu akan dapat mengubah hal yang pahit menjadi manis. Dengan itu,
manisnya pahala di balik cobaan itu justeru akan membuatnya melupakan pahitnya
bersabar karenanya.
19. MENYIBUKKAN DIRI DENGAN MELAKUKAN SUATU PEKERJAAN ATAU
MENGKAJI SUATU ILMU YANG BERMANFAAT
Diantara sarana untuk
menangkis kegelisahan yang ditimbulkan oleh ketegangan saraf dan kekalutan hati
karena beberapa hal yang mengeruhkan pikiran adalah : Menyibukkan diri dengan
melakukan suatu perkejaan atau mengkaji suatu ilmu yang bermanfaat.
Hal ini dapat membuat hati
melupakan kekalutan dengan melupakan hal-hal yang mengguncangkannya itu. Bisa
jadi ia, karenanya, dapat melupakan beberapa penyebab yang telah membuatnya
gundah dan sedih. Dengan demikian jiwanya senang dan kesemangatannya tumbuh dan
bertambah. Sarana ini pun bagi mu’min dan selain mu’min adalah sama. Hanya saja,
orang mum’min berbeda dan unggul karena iman, keikhlasan dan keberharapannya
kepada pahala Ilahi melalui ilmu yang dipelajari dan diajarkannya dan melalui
perbuatan baik yang dikerjakannya. Jika perkerjaan itu berupa ibadah, maka ia
melakukannya dengan semestinya sebagai ibadah. Jika pekerjaan itu berupa
kesibukan kerja dalam urusan duniawi atau aktivitas keseharian yang bersifat
duniawi, maka ia sisipkan pada pekerjaan itu niat yang benar dan tujuan agar
pekerjaan itu menjadi penolong baginya untuk melakukan ketaatan kepada Allah.
Hal ini memiliki pengaruh yang efektif untuk menangkis kegundahan, kesedihan
dan kesusahan.
Berapa banyak orang yang terkena keguncangan dan kekalutan batin, lalu
terjangkiti berbagai penyakit. Ternyata terapinya yang manjur adalah ‘melupakan
penyebab yang membuat jiwanya kalut dan guncang, dan menyibukkan diri dengan
suatu pekerjaan dari berbagai tugasnya’. Seyogianya kesibukan yang ditanganinya
itu adalah hal-hal yang disenangi dan digandrungi jiwa. Karena, hal itu lebih
mengacu untuk terwujudnya tujuan yang bermanfaat itu. Wallahu A’lam.
20. PANDANGLAH
KEBAWAH, ANDA AKAN MELIHAT BESARNYA NI’MAT ALLAH
Di antara sarana yang paling bermanfaat dalam hal ini
adalah menerapkan yang dibimbingkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di
dalam hadits shahih, beliau bersabda.
“Artinya : Pandanglah orang yang lebih bawah darimu (dalam hal materi), dan
jangan kamu pandang orang yang lebih atas darimu. Hal itu lebih cocok bagimu,
agar kamu tidak merendahkan ni’mat Allah yang dikaruniakanNya kepadamu”.
Seorang hamba jika memusatkan perhatiannya pada ajaran nabawi yang agung ini,
maka ia akan melihat dirinya mengungguli orang banyak dalam hal kesejahteraan
dan rezki serta rentetan kenikmatan lain berkat kedua karunia itu, meski ia
dalam kondisi apapun. Dengan itu sirnalah keguncangan, kegundahan dan
keruwetannya, dan bertambahlan kegembiraan dan kesukaannya terhadap
ni’mat-ni’mat Allah, yang ia dalam hal ini mengungguli orang-orang yang lain
dibawahnya.
Setiap kali seorang hamba merenungi ni’mat-ni’mat Allah yang zhahir maupun yang
batin, baik itu dari sisi kehidupan religi maupun duniawinya, ia akan melihat
Allah Tuhannya telah mengarunianinya karunia yang banyak dan telah menangkis
untuknya berbagai keburukan. Tidak diragukan, bahwa hal itu dapat menangkis
kegundahan dan keruwetan, disamping membuahkan kegembiraan dan kesukacitaan.
21. PERCAYA
PENUH KEPADA ALLAH, TIDAK TAKLUK KEPADA BAYANGAN BURUK
Jika hati seseorang
bersandar dan bertawaqal kepada Allah, tidak takluk kepada bayang-bayang buruk
dan tidak pula dikuasai oleh khayalan-khayalan buruk, sedang ia percaya penuh
kepada Allah dan mendambakan karuniaNya, maka dengan itu segala kegelisahan dan
kegundahan akan tertangkis, sejumlah penyakit luar maupun dalam akan hilang
darinya, dan akan tercipta di hatinya kekuatan, kelapangan dan kegembiraan yang
tak mungkin terungkapkan olah kata.
Berapa banyak rumah sakit
dipenuhi oleh penderita akibat bayang-bayang dan khayalan-khayalan rusak.
Berapa banyak hal ini meninggalkan efek buruk di hati kebanyakan orang yang
kuat, lebih-lebih yang lemah. Berapa banyak ia mengakibatkan kedunguan dan
sakit jiwa.
Orang yang sejahtera lahir dan batin adalah orang yang dapat disejahterakan dan
dikarunia taufiq oleh Allah untuk dapat menekan jiwanya dalam rangka meraih
sarana-sarana yang bermanfaat lagi mampu mengukuhkan hatinya dan mengusir
keguncangan.
Allah berfirman.
“Artinya : Barangsiapa yang bertawaqal kepada Allah, niscaya Allah yang
mencukupinya” [Ath-Thalaq : 3]
Yakni mencukupi segala yang dibutuhkannya baik dalam kehidupan religinya
ataupun urusan duniawinya.
Maka orang yang bertawaqal kepada Allah, ia berhati kuat, tidak terpengaruh
oleh bayang-bayang buruk dan tidak pula terguncang oleh peristiwa-peristiwa
pahit. Karena, ia mengetahui bahwa yang demikian itu adalah tanda kelemahan
jiwa dan kekalahan serta ketakutan yang tidak ada wujudnya yang nyata. Ia
mengetahui, di samping itu, bahwa Allah telah menjamin orang yang bertawaqal
kepadaNya untuk dicukupiNya dengan sempurna. Maka, iapun percaya penuh kepada
Allah, tenteram dan yakin dengan janjiNya. Dengan itu, sirnalah kegelisahan dan
keguncangannya. Kesulitan yang dihadapinya berganti menjadi kemudahan,
kesedihan berganti menjadi kegembiraan, dan rasa takut serta kekhawatirannya
berganti menjadi rasa aman dan tenteram. Kita memohon kepada Allah, semoga Dia
mengaruniai kita kesejahteraan, kekuatan dan keteguhan hati, dengan lantaran
tawaqal sepenuhnya kepadaNya, yang dengan itu Allah menjamin bagi orang-orang
yang bertawaqal segala kebaikan dan menangkis segala cobaan maupun marabahaya.